Senin, 10 Februari 2014

Orang Blora Di Panggung Sejarah Indonesia



Oleh Moh. Mudzakkir

 Akhir minggu lalu saya berkesempatan untuk pulang kampung di desa Mojorembun, kecamatan Menden, Kabupaten Blora. Suatu daerah yang berada di provinsi  Jawa Tengah yang berbatasan secara langsung dengan kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Tepatnya berada di arah timur laut Jawa Tengah, posisinya di bawah kabupaten Rembang kalau dilihat di peta.
 Blora juga dikenal sebagai daerah asal masyarakat  Samin yang membangun subkultur yang berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Masyarakat yang menganut pemikiran dan ajaran-ajaran  Samin Soerontiko, seorang tokoh dari Blora yang melawanan kolonialisme Belanda dan mendobrak feodalisme Jawa pada abad 19.  Dengan gerakan mbento (pura-pura gila), ngoko (berbahasa Jawa kasar sebagai simbol egalitarianisme) dan tidak mau membayar pajak, mungkin dalam terminologi sekarang, gerakan yang dipelopori oleh Samin sebagai bentuk bagian dari civil disobedient. Sebuah gerakan protes untuk menuntut kesewenang-wenangan kolonialis yang menghisap rakyat sekaligus juga kritik keras terhadap bangsawan Jawa yang menjadi kolaborator atau antek-antek Belanda pada masa itu. Karena gerakannya yang subversif, akhir Samin dan beberapa pengikutnya dibuang ke luar Jawa hingga meninggal di tempat pengasingan. Meskipun demikian pemikiran dan ajarannya masih terus bertahan dan bahkan pengikutnya bertambah bukan hanya di daerah Blora saja tapi meluas hingga Purwodadi, Rembang, Pati, dan Bojonegoro.
Nama Blora dipentas nasional memang kurang dikenal, orang lebih banyak mengenal Cepu. Penulis sering ditanya dari mana asalnya, penulis menjawab Blora, tapi orang yang bertanya itu pun kemudian menggerutkan dahinya sebagai simbol ketidaktahuan. Baru setelah itu penulis memberikan keterangan, bahwa Blora dekat dengan Cepu. Akhirnya orang yang bertanya kepada saya pun baru mengetahui dimana itu “Blora”. Padahal sebenarnya kota atau kecamatan Cepu itu bagian dari Kabupaten Blora, tapi Cepu lebih masyhur dari pada kota atau kabupaten Blora karena faktor Minyak. Kota Cepu dikenal sebagai penghasil minyak bumi sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang ini. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan kota yang berbatasan dengan kota kecil Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, yang hanya dipisahkan oleh sungai Bengawan Solo.
Meskipun hanya kota kecamatan dinamika ekonomi dan pendidikan di Cepu cukup dinamis dan terus berkembang. Pasar tradisional dan pasar modern tersedia, belum lagi beberapa tahun ini telah berdiri swalayan yang cukup besar yang bukan hanya sebagai pusat pemenuhan kebutuhan ekonomi tapi juga kebutuhan rekreasi bukan hanya bagi masyarakat Cepu tapi dari kecamatan-kecamatan lainnya, seperti Kedungtuban, Radublatung, Menden, dan Jiken bahkan dari Kecamatan-kecamatan di Bojonegoro yang berbatasan langsung dengan Cepu.
Dalam konteks pendidikan, kota ini mempunyai lembaga pendidikan yang cukup lengkap mulai dari tingkat Playgroup, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA , Pondok Pesantren, hingga Perguruan Tinggi. Bahkan di Cepu ada Sekolah Tinggi (kedinasan) milik Pertamina, satu-satunya di Indonesia. Jadi setiap orang pegawai Pertamina di seluruh  Indonesia pasti sudah tidak asing dengan kota ini. Ditambah dengan ditemukannya cadangan minyak baru di daerah Cepu dan sekitarnya (hingga sampai di kecamatan saya di Menden) dan daerah Bojonegoro dinamai dengan Blok Cepu semakin melambungkan daerah ini di level nasional. Meskipun banyak ditemukan sumur minyak baru ternyata belum berdampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.
Mungkin orang tidak mengira kalau Cepu telah melahirkan tokoh besar dalam perkembangan sejarah Indonesia. Terlepas pro dan kontra terhadap posisi tokoh-tokoh yang pernah dilahirkan di kota minyak ini. Sebut saja misalnya L.B Moerdani (1932-2004), seorang Jenderal yang mempunyai kedekatan dengan Soeharto di era Orde Baru, dia lebih dikenal sebagai mantan Panglima ABRI dan Menteri Pertahanan dan Keamanan di era rezim otoriter.  Dia merupakan elit militer Indonesia yang dianggap paling misterius yang disegani dan ditakuti baik kawan oleh lawannya. Benny oleh elit masyarakat Islam saat itu dituduh bertanggaungjawab terhadap marjinalisasi Islam dalam politik.
Berbeda dengan LB Moerdani yang pro terhadap negara dan pemerintah, Sekarmadji Maridjan Kartosuwirdjo (1905-1962) yang juga berasal dari Cepu justru menjadi lawan dari negara dan pemerintah Indonesia. Dia merupakan salah satu tokoh pergerakan yang lahir dari rumah HOS Cokroaminoto, bersama Soekarno meskipun nantinya berbeda jalan. Ia pernah aktif di SI dan PSII yang kemudian di era kemerdekaan. Pada masa perang kemerdekaan 1945-1949, Kartosoewirjo terlibat aktif tetapi sikap kerasnya membuatnya sering bertolak belakang dengan pemerintah, termasuk ketika ia menolak pemerintah pusat agar seluruh Divisi Siliwangi melakukan long march ke Jawa Tengah Perintah long march itu merupakan konsekuensi dari Perjanjian Renville yang sangat mempersempit wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Akibat pertentangan-pertentangan itulah, Kartosuwirjo mendirikan Darul Islam Indonesia DII dan ingin memisahkan diri dari RI. Ia pun memimpin Tentara Islam Indonesia bergerilya di daerah Jawa Barat hingga membangun aliansi dengan DII/TII Daud Beureh di Aceh dan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan. Dan akhirnya pemberontakan yang ia lancarkan mampu dilumpuhkan oleh Pasukan Siliwangi dan ia pun tertangkap serta kemudian dijatuhi hukuman mati. Tapi pengaruhnya hingga kini tidak bisa dihilangkan. Mitologi tentang dirinya pun masih hadir di kalangan anak cucu para pengikut DII/TII dan sebagian kecil masyarakat Jawa Barat yang pernah ia singgahi.
Cepu juga telah melahirkan Mukti Ali (1923-2004), seorang tokoh pemikiran Islam, Guru Besar Studi Agama-Agama  Fakultas Ushuluddin IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogayakarta, dan mantan Menteri Agama RI tahun 1973-1978. Ia menimba ilmu di Pindok Pasantren Tremas Pacitan, Sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta (sekarang UII), University of Karachi Pakistan, dan McGill University di Kanada. Dia-lah mentor para tokoh pemikiran Islam di Indonesia yang lahir dari diskusi Limited Group Yogyakarta, seperti Ahmad Wahib, Dawam Rahardjo, dan Djohan Effendi. Mukti Ali sebagai ilmuwan peletak dasar ilmu Perbandingan Agama di IAIN di seluruh Indonesia, selain itu dia juga sebagai tokoh yang memikirkan tentang perlunya membangun dialog antar agama dengan konsep agree in disagreement. Tapi sayang, ketika penulis menempuh studi Sosiologi Agama di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga belum pernah berjumpa, tapi hanya melalui karya-karyanya dan cerita para dosen-dosen yang telah menjadi muridnya. Kebetulan penulis satu almamater di tempat Mukti Ali mendidikasikan dirinya untuk mengajar.
Berbeda dengan Cepu, kota Blora berada di tengah-tengah kabupaten Blora yang bisa ditempuh 30- 40 menit dari Cepu.  Untuk mencapai kota Blora, orang-orang di kampungku bisa memilih dua jalur, pertama melalui kota Cepu –Jiken – Blora, atau jalur kedua yang melewati Randublatung yang dikenal sebagai kecamatan penghasil kayu Jati. Jalur yang melewati Randublatung, akan melewati deretan hutan jati yang cukup lebat hingga sampai daerah Kelopodhuwur, salah satu desa masyarakat Samin, sebelum masuk daerh kota Blora. Kata orang-orang di sana, zaman dahulu jalur ini termasuk jalur yang cukup rawan, karena sepi dan di tengah hutan. Para “begal”, istilah yang digunakan masyarakat Blora untuk menyebut penjahat atau perampok, berkeliaran untuk menunggu mangsa yang melewati jalur tersebut. Tapi saat ini jalur ini sudah ramai karena dilalui jalur bus  disamping hutan yang dulu cukup lebat sekarang sudah semakin gundul.
Deforestasi sudah lama terjadi, baik oleh blandong (para pengambil kayu hutan) maupun aparat yang kongkalikong dengan pemilik HPH.  Puncaknya adalah ketika tahun 1998, gelombang reformasi ternyata mempercepat ledakan ketegangan dan konflik antara masyarakat yang hidup di sekitar hutan jati dengan aparat polisi hutan.  Peristiwa penembakan seorang aparat terhadap dua orang belandong yang mengakibatkan salah satunya tewas, menimbulkan protes sekaligus solidaritas untuk melakukan perlawanan secara terang-terangan kepada aparat. Masyarakat yang marah karena dipicu tewasnya seorang blandong akhirnya menyerbu markas-markas polisi hutan di sepanjang hutan Randublatung, bahkan beberapa markas dibakar  oleh massa. Kekacauan dan ketidakpastian di level nasional pada tahun 1998 terjadi  juga di level lokal Blora pasca tertembaknya seorang blandong. Di tengah huru-hara tersebut, beberapa kelompok masyarakat menggunakan kesempatan untuk menjarah hutan, bukan hanya sekala kecil tapi juga sekala besar. Kalau di Jakarta yang dijarah adalah barang-barang di pertokoan dan supermarket, di Blora saat itu yang dijarah adalah kayu jati. 
Berbeda dengan Cepu, kota Blora sebagai ibukota kabupaten tidak seramai Cepu. Mungkin disebabkan oleh letak geografis yang kurang strategis, karena tidak dilalui jalur kereta (dulu ada jalur kereta tapi sudah tidak dihidupkan) dan jalur bus antar kota antar propinsi (AKAP) khususnya dari Jawa Timur. Kalau kita lihat peta kabupaten Blora, kota ini berada pas di posisi tengah yang di utaranya langsung berbatasan dengan kabupaten Rembang. Dari Semarang, kita bisa menggunakan dua jalur, melaui jalur utara dengan melewati Rembang dan jalur selatang melewati Grobogan. Dari  desa saya Mojorembun, kecamatan Kradenan,  menuju ibu kota harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam hingga 1 jam 25 menit, itu kalau ditempuh menggunakan sepeda motor. Akan berbeda kalau ditempuh dengan angkutan umum, naik bus misalnya, mungkin tambah 1 -1,5 jam lagi.
Kalau Cepu telah melahirkan tokoh-tokoh yang berpengaruh di level nasional, Blora juga tidak mau kalah. Sebut saja tokoh pergerakan sekaligus “suhu”-nya pers bumiputera pertama kali adalah “wong mbloro”, yaitu Raden Mas Tirto Adhie Soerjo (1880-1910), bahkan oleh Pemerintah dikukuhkan sebagai Bapak Pers Nasional karena kontribusinya bagi perkembangan dunia pers di era pergerakan nasional awal.  Lewat tulisan dan sikap-sikap politik perlawanannya itulah kemudian dia ditangkap rezim kolonial dan pernah diasingkan ke pulau Halmahera, Maluku. Hingga akhirnya dibebaskan oleh Belanda dan kemudian menetap di Batavia hingga akhir hayatnya. Kisah perjuangannya kemudian diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer, yang juga wong Blora, dalam tetralogi Buru dan Sang Pemula.  RM Tirto Adhie Soerjo mendirikan Soenda Berita, Medan Prijaji, dan Putri Hindia selainn itu dia juga ikut mendirikan Sarekat Dagang Islam.  Hingga sangat wajar Takashi Shiraishi menyebut RM Tirto Adhie Soerjo dalam Zaman Bergerak sebagai seorang bumiputera pertama yang menggerakkan bangsanya lewat bahasa melaui surat kabar Medan Prijaji.
Selain RM Tirto Adhie Soerjo, tokoh kebangkitan nasional sekaligus wartawan yang berasal Blora tapi beda kota adalah Marco Kartodikromo ( 1890-1932). Ia lahir di kota Cepu dan lebih tua muda sepuluh tahun dari Tirto Adhie Soerjo. Dia dikenal bukan hanya sebagai seorang wartawan saja tapi juga sebagai seorang penulis yang cukup prolifik. Karyanya yang cukup masyhur misalnya; Mata Gelap, Student Hidjoe, Matahari, Rasa Mardika, dan Sair Sama Rasa Sama Rata. Keterlibatannya di dunia pergerakan membuat dirinya sering ditangkap dan dipenjara beberapa kali oleh pemerintah Hindia Belanda.  
Ia mengikuti  jejak RM Tirto Adhie Soerjo di dunia jurnalisme dan pergerakan. Ia bergabung  menjadi wartawan Medan Prijaji di bandung hingga akhirnya surat kabar tersebut dilarang sekaligus ditangkap dan diasingkannya RM Tirto Adhie Soerjo di Halmahera (1913). Padahal Medan Prijaji saat itu berada pada masa puncak kejayaannya, ia mengaku banyak belajar dari Tirto Adhie Soerjo bukan hanya tentang jurnalistik saja tapi juga tentang organisasi modern dan pergerakan nasional. Adhie Soerjo dianggapnya sebagai gurunya. 
Setelah itu ia hijrah ke Solo dan bergabung dengan Sarekat Islam hingga pernah menjadi sekretaris SI Solo. Pada umur 24 tahub Marco mendirikan surat kabarnya sendiri, Doenia Bergerak  yang cukup masyhur di eranya bersama Haji Misbach dan Haji Fakhruddin. Karena tulisan-tulisannya yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan penjajahan, maka surat kabar miliknya dibredel dan dia dipenjara. Ketika terjadi perpecahan di dalam tubuh SI dia memilih bergabung dengan dengan SI Merah-nya (yang kemudian berubah menjadi PKI) Semaun, Darsono, dan Hadji Misbach. Setelah PKI gagal melakukan pemberontakan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927, Marco Kartodikromo ditangkap dan diasingkan ke Boeven Digul pada tahun 1927 dan meninggal tahun 1932.
Kalau Adhie Soerjo dan Marco cukup masyhur sebagai Bapak Pers Nasional dan tokoh pergerakan nasional, maka Pramoedya Ananta Toer (1925-2006), adalah salah satu wong mBloro yang dikenal sebagai penulis Novel yang sangat produktif dan monumental dalam sejarah sastra Indonesia. Dengan aliran sastra realisme sosialisme-nya dia harus berhadapan dengan rezim orde baru karena dianggap berbahaya dan subversif. Dia pun harus menerima hukuman tanpa melalui proses pengadilan dan diasing di Pulau Buru, hingga belasan tahun. Meskipun  akhirnya dibebaskan, dia tetap mendapatkan pengawasan yang ketat dari rezim otoriter. Di tengah pantauan militer, Pram masih tetap berkarya dan berjuang dengan karya-karya sastranya untuk menyuarakan kemanusian dan keadilan. Beberapa karya novel yang ditulis dirampas dan dibakar oleh militer, meskipun demikian ia tetap terus berkarya hingga Soeharto jatuh. Karena dedikasi dan perjuangannya menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan melalui sastra, dia memperoleh penghargaan sebagai pejuang HAM dari Magsaysasy Award (Nobel tingkat Asia) menjadi nominator peraih Nobel bidang sastra, doktor honoris causa bidang sastra dari University of Winconsin AS, dan berbagai macam penghargaan international lainnya yang cukup banyak.  Suatu perjuangan dan prestasi yang cukup luar biasa yang patut diteladani bagi anak-anak muda Blora. Untuk mengasilkan seorang pujangga seperti Pram yang ditempa oleh sejarah tidak mudah, seratus tahun pun belum tentu muncul seorang yang memiliki semangat dan produktifitas dalam berkarya sastra seperti dirinya.
Berbeda dengan Pram yang dikenal sebagai musuh Pemerintah, Ali Murtopo (1924-1984) seorang tokoh militer kelahiran Blora justru dikenal sebagai konseptor Orde Baru. Sebagai seorang militer yang dekat dan pernah menjadi anak buah Soeharto, Ali Murtopo berhasil memperoleh  posisi strategis dalam pemerintah di era Orde Baru. Ia pernah  wakil  kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN) menjadi asisten pribadi Presiden Soeharto dia juga pernah dipercaya sebagai Menteri Penerangan. Dia bukan hanya sebagai elit militer dan tokoh intelejen saja, tapi juga seorang pemikir, hal ini bisa dilihat kontribusi dia dalam pendirian CSIS (Center for Strategic and International Studies) sebagai lembaga think tank yang cukup berpengaruh di era Orde Baru.  Oleh para aktivis dan tokoh pergerakan Mahasiswa Ali Murtopo tentu dianggap sebagai seorang tokoh antagonis, hal yang serupa juga terjadi pada Benny Moerdani.
Demikianlah beberapa tokoh yang lahir dari Blora yang ikut memberikan warna bagi dinamika sejarah nasional Indonesia. Beberapa tokoh muncul tokoh perlawanan, pemberontak dan pencerahan seperti Samin Soerontiko, RM Tirto Adhie Soerjo, Marco Kartodikromo, Kartosoewirjo hingga Pramoedya Ananta Toer yang cukup fenomenal. Ali Moertopo dan LB. Moerdani, kedua tokoh militer dan intelejen di era Orde Baru yang cukup disegani dan juga dibenci oleh berbagai kalangan, karena dianggap menjadi penjaga kekuatan rezim otoriter Orde Baru. Ali Moertopo selain sebagai tokoh militer dan intelejen, dia juga dikenal sebagai pemikir tentang arah pembangunan dan modernisasi Indonesia. Dan yang terakhir adalah Mukti Ali, seorang intelektual dan akademisi yang berkontribusi besar terhadap perkembangan keilmuan Religious Studies  di Indonesia, juga sebagai tokoh pencetus dialog dan kerukunan antar umat beragama.
Sebagai orang yang pernah dilahirkan di daerah Blora, tentu saya cukup bangga, apresiatif, namun juga harus tetap kritis terhadap sepak terjang tokoh-tokoh di atas, terlepas posisi ideologi, politik dan profesi mereka yang berbeda-beda. Paling tidak generasi muda di Blora bisa membaca sejarah mereka, syukur kalau pemerintah Blora menjadikan-nya sebagai muatan lokal misalnya agar bisa dijadikan sebagai tokoh-tokoh imajinatif mereka selain tokoh-tokoh nasional. Atau misalnya saja menjadikan karya-karya Pramoedya sebagai bacaan wajib bagi siswa-siswa SMA di Kabupaten Blora, agar tradisi membaca anak-anak Blora tumbuh dan meningkat. Dan itu mungkin kita lakukan, tentu dengan kesadaran, kepedulian, dan keberpihakan kita bagi masa depan generasi muda Blora yang lebih baik. Semoga.

Terima Kasih Telah Berkunjung Di Blog MUDZAKKIROLOGY

DMCA.com Dilarang Mengcopy-Paste seluruh atau sebagian artikel di atas dalam bentuk apapun. Hak cipta sepenuhnya dipegang oleh MUDZAKKIROLOGY dan dilindungi oleh Digital Millennium Copyright Act (DMCA). Tindakan Copy-Paste bisa secara otomatis membuat blog/website Anda TERHAPUS DARI INDEX GOOGLE.
Suka artikel ini? Bagikan : Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Artikel Terkait :

3 komentar:

  1. salam kenal, artikel yang sangat menginspirasi..
    admin kalau ke Blora mampir ke Bloranews.com
    Jl. RA Kartini lorong 02 no 02 kunden Kecamatan Blora, Kabupaten Blora
    ditunggu rawuhnya
    kunjungi kami di : www.bloranews.com

    BalasHapus
  2. Kami Hadir Untuk Menjalin Tali Silatuh Rahmi,Guna Untuk Membantu Para Masyarakat Di Muka Bumi Ini ,Dengan Segala Permasalahan Yang Ada,Karena Di Dalam Masyarakat Yang Kita Tahu Saat Sekarang Ini,Masih Banyak Masyarakat Yang Hidup Dibawah Garis Kemiskinan,Untuk Itu,Izinkan Saya Mbah Karwo Untuk Memberikan Solusi Terbaik Untuk Anda Yang Sangat Membutuhkan.Ada Berbagai Cara Untuk Membantu Mengatasi Masalah Perekonomian,Dengan Jalan ; 1,Melalui Angka Togel Jitu ; Supranatural 2,Pesugihan Serba Bisa 3,Pesugihan Uang Balik/Bank ghaib 4,Ilmu Pengasihan 5,DLL HANYA DENGAN BERMODALKAN KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN,INSYA ALLAH ITU SEMUANYA AKAN BERHASIL SESUAI DENGAN KEINGINAN ANDA... Dunia yang akan mewujudkan impian anda dalam sekejab dan menuntaskan masalah keuangan anda dalam waktu yang singkat. Mungkin tidak pernah terpikir dalam hidup kita untuk menyentuh hal hal seperti ini. Ketika terpikirkan kekuasaan, uang dalam genggaman, semua bisa dikendalikan sesuai keinginan kita.Semua bisa diselesaikan secara logika.Tapi akankah logika selalu bisa menyelesaikan masalah kita. Pesugihan Mbah Karwo Mbah memiliki ilmu supranatural yang bisa menghasilkan angka angka putaran togel yang sangat mengagumkan, ini sudah di buktikan member bahkan yang sudah merasakan kemenangan(berhasil), baik di indonesia maupun di luar negeri.. ritual khusus di laksanakan di tempat tertentu, hasil ritual bisa menghasilkan angka 2D,3D,4D,5D.6D. sesuai permintaan pasien.Mbah bisa menembus semua jenis putaran togel. baik itu SGP/HK/Malaysia/Sydnei, maupun putaran lainnya. Mbah Akan Membantu Anda Dengan Angka Ghoib Yang Sangat Mengagumkan "Kunci keberhasilan anda adalah harus optimis karena dengan optimis.. angka hasil ritual pasti berhasil !! BERGABUNGLAH DAN RAIH KEMENANGAN ANDA..! Tapi Ingat Kami Hanya Memberikan Angka Ritual Kami Hanya Kepada Anda Yang Benar-benar dengan sangat Membutuhkan Angka Ritual Kami .. Kunci Kami Anda Harus OPTIMIS Angka Bakal Tembus…Hanya dengan Sebuah Optimis Anda bisa Menang…!!! Apakah anda Termasuk dalam Kategori Ini 1. Di Lilit Hutang 2. Selalu kalah Dalam Bermain Togel 3. Barang berharga Anda Sudah Habis Buat Judi Togel 4. Anda Sudah ke mana-mana tapi tidak menghasilkan Solusi yang tepat Jangan Anda Putus Asa…Selama Mentari Masih Bersinar Masih Ada Harapan Untuk Hari Esok.Kami akan membantu anda semua dengan Angka Ritual Kami..Anda Cukup Mengganti Biaya Ritual Angka Nya Saja… Apabila Anda Ingin Mendapatkan Nomor Jitu 2D 3D 4D 6D Dari Mbah Karwo Selama Lima Kali Putaran,Silahkan Bergabung dengan Uang Pendaftaran Paket 2D Sebesar Rp. 300.000 Paket 3D Sebesar Rp. 500.000 Paket 4D Sebesar Rp. 700.000 Paket 6D Sebesar Rp. 1.500.000 dikirim Ke Rekening BRI.Atas Nama:No Rekening PENDAFTARAN MEMBER FORMAT PENDAFTARAN KETIK: Nama Anda#Kota Anda#Kabupaten#Togel SGP/HKG#DLL LALU kirim ke no HP : ( 0852-3162-7267 ) SILAHKAN HUBUNGI EYANG GURU:0852-3162-7267

    BalasHapus

Next Post Previous Post Homepage
 

Copyright © MUDZAKKIROLOGY | reDesigned by Orangbiasaji | Proudly Powered by Blogger